Thursday, June 29, 2017

Mobilitas Penduduk dan Transmigrasi

Tags



Faktor dan Dampak Mobilitas Penduduk

Fenomena mobilitas penduduk yang diperkirakan akan meningkat dalam era otonomi daerah ini dan diperkirakan akan menuju pada daerah - daerah tertentu. Di samping jumlah penduduk yang besar, karakteristik penduduk Indonesia yang kurang menguntungkan adalah persebarannya yang tidak merata. Sekitar 60% penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa dan Madura yang luasnya hanya 6,9% dari luas daratan Indonesia. Ketimpangan persebaran penduduk di Indonesia sangat menghambat proses maupun program untuk merangsang dan mengarahkan migrasi swakarsa) menjadi salah satu faktor yang dapat mempercepat pembangunan. Redistribusi penduduk ini mempunyai nilai yang sangat penting dari berbagai segi. Dari segi ekonomi, redistribusi penduduk  berarti menyediakan tenaga kerja serta keterampilan baik untuk perluasan produksi di daerah-daerah maupun pembukaan lapangan kerja baru.

Mobilitas penduduk di suatu wilayah terjadi karena adanya faktor yang mendorong dan menarik dalam suatu wilayah (push-pull factors). Kondisi sosial ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan (needs) seseorang menyebabkan orang tersebut ingin pergi ke daerah lain yang dapat memenuhi kebutuhannya. Terdapat empat kelompok faktor yang mempengaruhi orang mengambil keputusan untuk bermigrasi dan proses migrasi, yaitu:
  1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal,
  2. Faktor – faktor yang terdapat di daerah tujuan,
  3. Penghalang antara,
  4. Faktor – faktor pribadi
Terdapat pandangan yang menyatakan bahwa mobilitas atau migrasi pekerja dapat mendorong pembangunan, tetapi juga terdapat pandangan bahwa migrasi pekerja ini dapat mengganggu proses pembangunan. Pandangan negatif menyatakan bahwa migrasi  keluar golongan angkatan kerja potensial berusia muda dan berpendidikan dari pedesaan atau suatu daerah ke kota atau ke daerah lain, cenderung membawa dampak negatif bagi daerah yang ditinggalkan. Oleh karenanya, migrasi diduga dapat mengganggu dan memperlambat proses pembangunan wilayah. Brain drain tidak hanya memunculkan masalah langkanya angkatan kerja penggerak pembangunan, tetapi juga dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi daerah. Di daerah tujuan (kota), mobilitas pekerja tidak hanya mempersulit penataan kota, tetapi juga memunculkan kelebihan angkatan kerja yang  memunculkan masalah pengangguran di kota. Pandangan positif menyatakan bahwa mobilitas atau migrasi pekerja di negara-negara sedang berkembang merupakan salah satu strategi yang tersedia bagi rumah tangga pedesaan/miskin, untuk meraih dan menikmati  pembangunan yang cenderung menumpuk di kota/daerah yang lebih maju. Dengan mengalokasikan sumberdaya manusia yang ada, rumah tangga pedesaan/miskin berusaha memanfaatkan kesempatan yang ada di luar daerahnya. Hasil kerja di luar daerah kemudian dikirimkan dan dimanfaatkan di daerah asalnya. Kiriman (remittances) dari para migran pekerja mempunyai dampak positif bagi rumah tangga pedesaan/miskin dan ekonomi pedesaan/daerah yang kurang berkembang. ( Effendi,1993)

Transmigrasi Sebagai Solusi Masalah Mobilisasi Masyarakat Desa ke Kota

Dalam perjalanan panjang pelaksanaan transmigrasi, fakta-fakta yang ada menunjukkan berbagai keberhasilan program ini baik dari sisi tujuan demografis maupun non-demografis. Namun demikian, berbagai  stigma negatif juga menyertai perjalanan program transmigrasi ini, yang menyebabkan menurunnya kinerja transmigrasi sejak reformasi atau era otonomi daerah, dan penolakan transmigrasi di beberapa daerah. Dari aspek non-demografis, kinerja transmigrasi terlihat baik dalam hal peningkatan kesejahteraan, penciptaan kesempatan kerja, maupun pembangunan daerah. Dalam konteks sasaran peningkatan kesejahteraan,  Najiyati dkk (2006) menemukan transmigran pada UPT yang telah menjadi sentra produksi pangan telah mampu menghasilkan pendapatan lebih dari 3000 kg setara beras/KK/tahun. Program transmigrasi telah ikut menunjang pembangunan daerah melalui pembangunan perdesaan baru. Desa-desa baru eks lokasi transmigrasi tersebut telah tumbuh dan berkembang menjadi kecamatan dan bahkan meningkat menjadi kota kabupaten/kodya sebagai pusat pemerintahan, perekonomian, dan perdagangan. Realitas-realitas tersebut menunjukkan, transmigrasi dalam kurun waktu cukup lama diakui sebagai salah satu program “unggulan”. Transmigrasi juga merupakan contoh yang “khas” dan merupakan strategi pengembangan wilayah yang secara “original” dikembangkan di Indonesia. Oleh karenanya, pengalaman pelaksanaan transmigrasi di Indonesia dapat menjadi sumber pembelajaran yang tak ternilai dalam rangka pengembangan potensi sumberdaya wilayah yang terintegrasi dengan penataan persebaran penduduk. 

Referensi :

Junaidi, Junaidi (2004) PROSPEK MOBILITAS PENDUDUK DI ERA OTONOMI DAERAH. Jurnal Manajemen dan Pembangunan. https://repository.unja.ac.id/225/

Rustiadi, Ernan and Junaidi, Junaidi (2011) Transmigrasi dan Pengembangan Wilayah. In: Pertemuan Penyempurnaan Konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Transmigrasi, 14 Pebruari 2011, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jakarta. https://repository.unja.ac.id/106/

This Is The Newest Post